Wednesday, December 28, 2016

PERBEDAAN KOPI ROBUSTA DAN ARABICA

Setelah disangrai, secara sekilas semua biji kopi memang terlihat hampir sama saja.
Tetapi tahukan Anda bahwa ternyata ada banyak sekali jenis-jenis kopi.
Dari sekian banyak jenis kopi, ada dua jenis yang umumnya menjadi konsumsi kita sehari-hari, yaitu kopi  robusta dan arabika.

Meskipun kedua jenis kopi ini sama-sama merupakan kopi yang paling banyak dikonsumsi, ternyata kopi robusta dan arabika mempunyai beberapa perbedaan yang sangat signifikan.
Perlu diketahui bahwa kedua kopi tersebut merupakan dua jenis kopi yang berbeda. Hal yang paling membedakan pastinya terletak pada tempat dimana dua spesies kopi itu tumbuh, rasa, dan juga perbedaan ekonomisnya.

Dari berbagai sumber, berikut perbedaan kopi arabica dan robusta;
1. Ukuran Biji Kopi
Biji kopi Arabica lebih besar dan cenderung berbentuk lonjong, sedangkan biji kopi Robusta berbentuk lebih bulat.

2. Rasa
Secara rasa, kopi robusta memiliki variasi rasa yang kuat dan juga tajam. Seringkali dikatakan kopi robusta memiliki rasa seperti gandum. Sebelum disangrai, biji kopi robusta memiliki aroma seperti kacang-kacangan. Ini menyebabkan kopi robusta umumnya dianggap memiliki kualitas di bawah kopi arabika. Tetapi perlu diketahui juga bahwa tidak semua kopi robusta memiliki kualitas rendah, ada juga kopi robusta yang berkualitas baik dan bernilai tinggi, namun memang cukup sulit untuk menemukannya.

Sedangkan kopi arabika memiliki variasi rasa sangat beragam, tergantung dari jenisnya. Mulai dari rasa manis yang lembut sampai rasa yang kuat dan tajam. Acidity dari kopi arabika juga lebih tinggi, yang menandakan bahwa kopi arabika memang merupakan kopi dengan kualitas tinggi. Pada umumnya kopi arabica memiliki rasa asam dan lebih kental di mulut serta lebih pahit dibanding kopi robusta.

3. Kandungan Gula
Kandungan lipid dan gula pada kopi arabika lebih banyak daripada kopi robusta. Tepatnya kopi arabika memiliki kandungan lipid lebih banyak 60% daripada robusta, dan kandungan gula kopi arabika juga hampir dua kali lebih banyak daripada robusta.

Kadar gula pada kopi penting karena dekomposisi gula pada saat proses sangrai dapat meningkatkan level dari rasa acidity kopi.

4.Kadar Kafein
Salah satu alasan mengapa kopi robusta tidak senikmat kopi arabika adalah karena kopi robusta memiliki kadar kafein yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kopi arabika. Ini mungkin terdengar sebagai hal positif, akan tetapi kafein membawa rasa pahit yang mengurangi kenikmatan kopi saat diminum. Bahkan kopi robusta memiliki kadar kafein dua kali lebih banyak daripada arabika, yaitu 2.2% sedangkan kadar kafein kopi arabika hanya 1.2%.

5. Harga
Ada pepatah: harga menentukan kualitas. Pepatah ini juga berlaku dalam dunia kopi. Dari sisi harga, kopi arabika lebih mahal daripada kopi robusta. Bahkan harga kopi arabika hampir dua kali lebih mahal dari harga kopi robusta. Kopi instan yang umumnya ditemukan di supermarket biasanya adalah kopi robusta.


Hampir 75% produksi kopi dunia adalah kopi arabika.Produksi kopi robusta hanya sekitar 25%.Kopi Arabika dan Robusta memiliki karakteristik masing-masing yang digemari oleh setiap penggemarnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan antara tanaman Kopi Arabika dan Robusta. Perbedaan antara keduanya cukup signifikan, sehingga rasa, harga dan kenikmatannya pun sangat berbeda.

__Sudahkan kalian ngopi hari ini???__

PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR

Pada manusia perkembangan fisik dan mental setiap kali mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase perkembangan, hal ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan : bayi,kanak kanak,anak,remaja,dewasa,dan masa tua.

Fase perkembangan dapat di artikan sebagai tahapan atau pembentukan tentang perjalanan kehidupan individu yang di warnai ciri ciri khusus atau pola pola tingkah laku tertentu
Istilah perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan, kematangan, dan perubahan. Satu sama lain memiliki hubungan yang sangat erat.  Pada dasarnya merupakan perubahan, yaitu perubahan menuju ke tahap yang lebih tinggi atau lebih sempurna. Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan aspek  jasmaniah, sedangkan perkembangan menyangkut aspek rohaniah. Pertumbuhan menunjukan perubahan kuantitas sedangkan perkembangan menunjukkan kualitas.

Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur sedangkan perkembangan berkenaan dengan penyempurnaan fungsi  dalam hal ini tersangkut juga perihal kematangan yang merupakan saat atau masa yang terbaik bagi berfungsinya aspek-aspek kepribadian tertentu. Contoh: Usia satu tahun adalah masa kematangan bayi untuk berjalan, usia enam tahun bagi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.  Selain itu pertumbuhan suatu aspek tertentu akan berhenti atau berakhir bila telah maksimal, sedangkan perkembangan terus berlangsung sampai akhir hidupnya.

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati (Chaplin C.P.,1989:134). menyatakan bahwa “Perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren “Progresif” menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju, dan bukan mundur. “Teratur” dan “ koheren” menunjukan hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dan telah mendahului atau mengikutinya.

Ini berarti bahwa perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar terutama mengenai isinya yaitu tentang apa yang akan berkembang berkaitan dengan perbuatan belajar. Disamping itu juga bagaimana suatu hal itu dipelajari, apakah melalui memorisasi (menghafal) atau melalui peniruan dan atau dengan menangkap hubungan-hubungan, hal-hal ini semua ikut menentukan proses perkembangan.

Menurut Piaget, teori perkembangan kognisi merupakan kecerdasan atau kemampuan kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan tahap formal.
Teori perkembangan Piaget mewakili kontruktivisme, pandangan tentang perkembangan kognisi yang menekankan peran aktif pelajar dalam membangun pemahamannya sendiri tentang realitas.

Prinsip Dasar Perkembangan
Carol Gestwicki (1995: UT 1.25) memgemukakan beberapa prinsip dasar perkembangan:
1.      Dalam perkembangan tedapat urutan yang dapat diramalkan.
2.      Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan   berikutunya.
3.      Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal.
4.      Perkembangan merupakan hasil interaksi factor-faktor biologis (kematangan) dan faktor-faktor lingkungan (belajar).
5.      Perkembangan maju berkelanjutan merupakan kesatuan yang saling berhubungan, dengan semua aspek-aspek (fisik, kognitif, emosional, sosial) yang saling mempengaruhi.

Tugas Perkembangan Masa Anak
1.      Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan tertentu.
2.      Membentuk sikap tertetu terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.
3.      Belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya.
4.      Mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin.
5.      Membina keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
6.      Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehati-hari.
7.      Membentuk kata hati, moralitas dan nilai-nilai.
8.      Memperoleh kebebasan diri.
9.      Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga social.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah  :
1.      Faktor herediter (warisan sejak lahir/bawaan)
2.      Faktor lingkungan, menguntungkan atau tidak
3.      Kematangan, fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis
4.      Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemampuan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.

Fase-Fase Perkembangan Anak SD
Fase kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
1. Fase Perkembangan Kognisi Menurut Piaget :
    a. Tahap Sensorimotor(saat lahir – 2 tahun) : Tahap ketika bayi belajar tentang sekelilingnya dengan menggunakan indera dan kemampuan motoriknya.
    b.  Tahap Praoperasi (2 – 7 tahun): Tahap ketika anak-anak melambangkan sesuatu ke dalam pikiran.
      c.   Tahap Operasi Konkret ( 7 -11 tahun) : Tahap ketika anak-anak mengembangkan kemampuan untuk bernalar logis dan memahami konservasi tetapi hanya dapat menggunakan kedua kemampuan ini dalam menghadapi situasi yang tidak asing lagi.
      d.   Tahap Operasi Formal (11 tahun-dewasa) : Tahap dimana seseorang dapat menghadapi situasi hipotesis secara abstrak dan dapat bernalar secara logis.

2. Menurut Arsippendidikan.blog spot Fase Perkembangan Anak Usia SD :
    a.  Perkembangan Intelektual, Pada usia sekolah dasar 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsanan intlektual , atau melaksanakan tugas tugas belajar yang menuntut kemampuan intlektual atau kemampuan kongnitif seperti membaca, menulis, menghitung.
Priode ini di tandai dengan tiga kemempuan atau kecakapan baru, seperti mengklasisifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan angka angka atau bilangan. Dalam mengembangkan kemampuan anak maka sekolah dalam hal ini guru seyogiyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan. Memberi komentar atau memberi pendapat tentang pelajaran.
   b.  Perkembagan Bahasa, Usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan menguasai dan mengenal pembendaharaan kata. Pada masa ini anak sudah menguasai sekitar 2500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah menguasai sekitar 50.000 kata. Abin syamsudin M, 1991; nana syaodih S, 1990).
    c.  Perkembangan Sosial, Perkembangan anak anak pada usia sekolah dasar di tandai dengan adanya perluasan hubungan di samping dengan keluarga juga menjalin ikatan baru dengan teman sebayanya atau teman sekelas nya, dengan demikian maka ruang gerak sosialnya telah bertambah luas.
     d.  Perkembangan Emosi, Menginjak usia sekolah anak mulai menyadari bahwa pengungkapan ungkapan secara kasar tidaklah di terima dalam masyarakat. Oleh karena itu anak mulai mengendalikan kontrol ekspresi emosi. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar.
     e.  Perkembangan Penghayatan Keagamaan, Senada dengan peparan tersebut zakiyah derajad 1986:58 mengemukakan bahwa pendidikan agama disekolah dasar, merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pribadi dan ahlak anak, maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja akan mudah dan anak sudah mempunyai perbekalan dalam menghadapi goncangan yang terjadi pada masa remaja.
      f.   Perkembangan Motorik, Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini di tandai dengan aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu usia ini merupakan masa yang ideal untuk keterampilan yang berkaitan dengan motorik seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang, atletik,dan main bola.

3. Fase Perkembangan Anak Sekolah Dasar Menurut Slavin :
    a.   Perkembangan Fisik, Ketika anak-anak melewati kelas-kelas sekolah dasar perkembangan fisik mereka mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan masa kanak-kanak awal. Anak-anak berubah relative sedikit ukuran tubuhnya selama masa sekolah dasar. Anak perempuan lazimnya sedikit lebih pendek dan lebih ringan daripada anak laki-laki hingga sekitar usia 9 tahun ketika tinggi dan bobot badan kira-kira sama untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Pada saat anak-anak memasuki sekolah dasar, mereka telah mengembangkan banyak kemampuan motoric dasar yang mereka butuhkan untuk menyeimbangkan badan, berlari ,Melompat dan melempar.
   b.  Perkembangan Kognisi, Antara usia 5 dan 7 tahun, proses pemikiran anak-anak mengalami perubahan penting (siegler, 1998). Ini adalah periode peralihan dari tahap pemikiran praoperasi ke tahap operasi konkret. Perubahan ini memungkinkan anak-anak melakukan secara mental sesuatu yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Tidak semua anak mengalami peralihan ini pada usia yang sama dan tidak satu pun anak berubah dari tahap satu ke tahap berikut dengan cepat. Anak-anak sering menggunakan perilaku kognisi yang merupakan ciri khas dua tahap perkembangan pada saat yang sama. Ketika melangkah dari satu ke tahap berikutnya karakteristik tahap sebelumnya dipertahankan ketika perilaku kognisi tahap yang lebih tinggi berkembang. Anak-anak usia sekolah dasar dengan pesat mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognisi termasuk kemampuan meta-kognisi, yaitu kemampuan memikirkan pemikiran mereka sendiri dan memelajari cara belajar.
  c. Perkembangan Sosioemosi, Pada saat anak memasuki usia sekolah dasar , mereka telah mengembangkan kemampuan pemikiran, tindakan, dan pengaruh social yang lebih rumit. Anak-anak pada dasarnya bersikap egosentris dan dunia mereka adalah dunia rumah, keluarga, dan mungkin prasekolah.

Tuesday, November 1, 2016

MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA

Dunia kita dewasa ini sangatlah berbeda dengan dunia beberapa tahun yang lalu. Jumlah penduduk semakin meningkat. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat dan sumber–sumber pengetahuan berupa buku–buku maupun media cetak lainnya tumbuh dengan pesatnya pula.
Pendidikan yang hanya ditujukan untuk mengembangkan intelek dan ketrampilan – ketrempilan tertentu tidaklah memadai lagi di jaman sekarang agar dapat mempersiapkan anak didik hidup dalam dunia yang cepat berubah ini, seharusnya pendidikan lebih bersifat dinamis dan mampu meningkatkan daya anak berfikir dengan tujuan  : Meningkatkan kemampuan dan menanamkan kebiasaan belajar sendiri sesuai dengan bakat dan daya perkembangannya.

Pelajaran di kelas dan buku teks masih mempunyai peranan penting dalam menyampaikan pengetahuan – pengetahuan tertentu. Tetapi tidaklah ada buku pelajaran yang isinya mencakup lengkap dengan segala sesuatu yang perlu diketahui murid.
Untuk mencapai tujuan yang lebih luas, diperlukan Perpustakaan yang berisikan berbagai jenis sumber pengetahuan dan memberi kesempatan kepada tiap-tiap anak didik untuk belajar sendiri dengan bakat, perhatian dan waktu yang dimiliki oleh anak.

Bahan-bahan pustaka akan menimbulkan motivasi belajar dan menghidupkan gairah serta minat baca untuk memperkaya pengetahuannya. Hal-hal baru yang ditemukan anak dalam perpustakaan akan menimbulkan daya pikir anak lebih tinggi. Dalam hal ini perpustakaan itu merupakan alat yang memainkan peranan aktif dalam proses pendidikan generasi yang akan datang.
Berikut saya akan menguraikan pokok-pokok masalah bagaimana upaya sebagai pengelola perpustakaan di sekolah untuk lebih meningkatkan minat baca anak pada perpustakaan di sekolah maupun terhadap buku-buku sumber pengetahuan antara lain : 1) Fungsi perpustakaan sekolah; 2) Cara pengelolaan perpustakaan sekolah.

Fungsi perpustakaan sekolah
Berbicara tentang perpustakaan di sekolah tidak akan lepas begitu saja dari masalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Kami mencoba membandingkan pendidikan yang dilaksanakan beberapa tahun yang lalu dengan pelaksanaan pendidikan masa sekarang, termasuk didalamnya pelaksanaan pengelolaan perpustakaan di sekolah.

Pada masa dahulu, tugas utama dari sekolah adalah melatih kemahiran dalam mata pelajaran mata pelajaran tertentu. Untuk setiap mata pelajaran disediakan buku-buku pelajaran. Seluruh program dan organisasi sekolah serta metode mengajar dan alat alat pelajaran ditujukan untuk mencapai taraf kemahiran yang telah ditentukan. Buku-buku pelajaran merupakan hal yang penting peranannya dalam sistim ini. Buku dan sumber pengetahuan yang lain sekan dikesampingkan, sebab buku pelajaran sudah dianggap dapat mencakup segala yang perlu diketahui murid.

Perpustakaan yang berisikan berbagai jenis sumber pengetahuan dan diatur dalam ruangan yang kusus, tidak dirasa perlu, kalaupun ada buku-buku gunanya hanya sekedar persediaan untuk bacaan hiburan. Jenis dan ruang lingkup isi buku – buku tidak di tentukan dengan seksama. Murid diperbolehkan meminjam buku– buku, tetapi tidak di atur dan di haruskan memakai buku–buku tertentu untuk menambah pengetahuan mereka.

Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan di segala bidang, dewasa ini membuat manusia sadar, bahwa tugas sekolah tidak cukup melatih ingatan dan kemahiran dalam beberapa mata pelajaran saja. Isi pelajaran tidak dapat lagi di batasi hanya kepada isi buku pelajaran. Pendidikan tidak hanya menyampaikan pengetahuan dari guru dan buku pelajaran kepada anak didik, tetapi juga memberikan kesempatan kepada anak didik untuk ikut aktif dalam usaha membuka pikirannya, mengembangkan semua jenis  bakat yang ada padanya dan membiasakan anak memperkaya pengetahuannya dengan usahanya sendiri melalui kegemarannya membaca.

Perpustakaan sekolah di adakan bukan lagi hanya sekedar melayani selera para pelajar ( siswa ) untuk membaca buku–buku. Perpustakaan itu harus dapat membantu para pelajar mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan , melahirkan kecekatan. Perpustakaan itu harus dapat membantu siswa untuk beraktivitas baik untuk mendukung kurikuler dan ekstra kurikuler.

Sedangkan fungsi utama dari perpustakaan :
Edukatif
Membantu para pelajar melaksanakan penyelelidikan dan mencari keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang di dapatnya di dalam kelas. Perpustakaan harus memberikan bahan- bahan yang dapat memperkaya pelajaran , membentuk watak dan pribadi yang halus dan luhur  serta berjiwa patriot sejati.

Information ( Informasi )
Dari sumber yang beraneka ragam itu seorang  anak  dapat mengetahui bahwa berbagai informasi dapat di berikan dengan cara yang berbeda–beda. daya kritiknya akan lebih berkembang bila ia menemukan keterangan yang bertentangan , mengenai masalah yang sama dari buku – buku yang mereka baca.

Inspirasi
Perpustakaan yang baik juga harus dapat membantu siswa untuk mengembangkan kegemarannya , dan menimbulkan gagasan baru.

Pendidikan Tanggung Jawab
Perpustakaan yang di pimpin dan diatur baik, akan memberikan pendidikan tanggung jawab. Siswa diikutsertakan dalam pekerjaan rutin pengelolaan perpustakaan, seperti:  a) menolong menyelenggarakan peminjaman dan pengembalian buku–buku; b) Mengecek buku–buku yang ada dalam rak; c) Menolong kawan–kawan yang belum berpengalaman.

Perpustakaan merupakan sarana penting bagi pendidikan. Suatu lembaga pendidikan yang tidak mempunyai perpustakaan akan sangat sulit berkembang. Untuk lebih meningkatkan pendidikan di sekolah, sudah semestinya perpustakaan berisi buku–buku yang mendukung kegiatan pendidikan tersebut, yaitu buku–buku yang langsung berhubungan dan mendukung mata pelajaran, serta buku–buku lain yang bersifat pengetahuan umum yang berguna untuk siswa dalam usaha menambah cakrawala pemikiran–pemikiran mereka. 

Pengelola perpustakaan hendaknya memperhatikan keseimbangan jumlah buku dan dapat mengembangkan koleksi melalui: 1) Donasi ( sumbangan ); 2) Pembelian; 3) Hasil karya guru atau murid
Perlu di perhatikan pula hendaknya dalam pengembangan koleksi tersebut, agar memperhatikan dan memilih buku–buku yang akan  dijadikan koleksi dalam perpustakaan sekolah, sehingga  dengan demikian dapat dicegah tersalurnya buku–buku yang tidak sesuai dengan keperluan anak didik. Perpustakaan sekolah hendaknya berisi buku–buku yang dapat menunjang tercapainya pendidikan tanpa meninggalkan fungsi dan tujuan perpustakaan.

Di samping itu pengelola perpustakaan sekolah juga mampu, agar dapat menciptakan suasana sekolah, agar dapat menciptakan suasana perpustakaan sekolah, membuat anak kerasan diam di perpustakaan, juga suasana aman dan tenang serta memperhatikan kebersihan dan kerapian ruang perpustakaan.

Agar perpustakaan berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan mutunya, sebagai pengelola hendaknya melaksanakan tugas–tugas pokok dalam mengelola perpustakaan, meliputi: a) Mengumpulkan;b)Menginventarisir; )Menyimpan; d) Memelihara; e) Melayani hendaklah di kerjakan dengan baik dan tertib.

Perpustakaan sebagai sumber belajar yang ikut menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Sesuai perkembangan jaman dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, maka tujuan pendidikan tidak dapat akan tercapai bila hanya menggantungkan pembelajaran di kelas saja tanpa memperhatikan kegiatan–kegiatan di luar kelas yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Salah satu kegiatan yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan itu adalah dengan meningkatkan  penggunaan sarana perpustakaan yang telah di sediakan , tanpa meninggalkan kedisiplinan kita dalam menjalankan tugas utama sebagai pendidik dan sebagai pengelola perpustakaan, serta dapat menjaga kelestarian semua bahan yang ada di perpustakaan itu demi perkembangan generasi berikutnya.

Untuk menarik minat baca siswa perlu di perhatikan langkah – langkah sebagai berikut: 1) Dengan penerangan atau pengarahan kepada anak; 2) Diadakan lomba membaca buku atau membuat karya tulis secara berkala; 3) Pemilihan bahan pustaka yang sesuai dengan usia, selera dan bakat / kegemaran anak; 4) Diadakan penilaian membaca; 5) Penggunaan bahasa ndonesia yang benar dan mudah di pahami anak dalam setiap buku / karya tulis; 6) Penataan ruang perpustakaan yang mempesona, sehingga anak merasa betah membaca di dalam ruang perpustakaan.



Monday, October 31, 2016

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN


Masalah-masalah Belajar adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri, Masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.
Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.

Faktro Internal
1. Ciri Khas/Karekteristik Siswa
Dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila mana siswa tidak memiliki minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapan belajar.
2. Sikap Terhadap Belajar
Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketiak memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.
3. Motivasi Belajar
Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi ketercapaianya hasil belajar yang diharapkan.
4. Konsentrasi Belajar
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru.
5. Mengelolah Bahan Ajar
Siswa mengalami kesulitan di dalam mengelolah bahan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk terus mengelolah bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
6. Menggali Hasil Belajar
Bagi guru dan siswa sangat penting memperhatikan proses penerimaan pesan dengan sebaik-baiknya terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal. Guru hendaknya berupaya mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas, latihan, agar siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengolah pesan-pesan pembelajaran.
7. Rasa Percaya Diri
Salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
8. Kebiasaan Belajar
Adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan.
• Ada beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai :
a) belajar tidak teratur
b) daya tahan rendah
c) belajar hanya menjelang ulangan atau ujian
d) tidak memiliki catatan yang lengkap
e) sering datang terlambat, dan lain-lain

Jenis-jenis kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh.

Faktor Eksternal 
1. Faktor Guru
Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan sebagai anggota kelompok.
Bilamana dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.
2. Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)
Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa. Contoh seorang siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya dengan kebiasaan rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif dan sebaliknya.
Pada sisi lain lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar.
3. Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, maka dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntunan perubahan di mana perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah, yaitu :
(a) tujuan yang akan dicapai berubah
(b) isi pendidikan berubah
(c) kegiatan belajar mengajar berubah
(d) evaluasi belajar
4. Sarana dan Prasarana
Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.

Mengenal dan Mengatasi Belajar Siswa
Agar bimbingan dapat lebih terarah dalam upaya menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut :
a. Indentifikasi
Adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan :
1. Data dokumentasi hasil belajar mereka
2. Menganalisis absensi siswa di dalam kelas
3. Mengadakan wawancara dengan siswa
4. Tes untuk memberi data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang sedang dihadapi
b. Diagnosis
Adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengelolaan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
• Keputusan mengenai hasil kesulitan belajar siswa
• Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar
c. Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.
d. Terapi
Terapi di sini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapinya antara lain :
• Bimbingan belajar kelompok
• Bimbingan belajar individu
• Pengajaran remedial
• Pemberian bimbingan pribadi
• Alih tangan kasus
e. Tindak Lanjut
Adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjut yang didasari evaluasi.

Saturday, October 29, 2016

TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN


Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat berkembang di masyarakat. Umumnya Teknologi Informasi adalah sebuah teknologi yang dipergunakan untuk mengelola data, meliputi didalamnya: memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai macam cara dan prosedur gunak menghasilkan informasi yang berkualitas dan bernilai guna tinggi. Perkembangan TIK pun terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan kita untuk belajar dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja.

Teknologi Informasi dan Komunikasi seakan telah mendarah daging didalam diri setiap manusia di era ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah menglobal mampu mencakupi segala aspek yang ada dalam kehidupan. Seiring dengan kemajuan teknologi yang mengglobal telah terpengaruh dalam segala aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan bahkan di dunia pendidikan. Dalam bidang pendidikan, TIK banyak memiliki peranan. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan.Teknologi Informasi seakan telah menjadi pengalihfungsian buku, guru dan sistem pengajaran yang sebelumnya masih bersifat konvensional. Teknologi informasi menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi kian berkembang dan berkembang. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi informasi sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun, TIK juga memiliki banyak kekurangan. TIK tidak hanya memberikan dapak positif, namun juga memiliki dampak negative terhadap kehidupan, salah satunya yang menonjol adalah di bidang pendidikan.
Terdapat banyak pengertian mengenai TIK atau Teknologi informasi dan komunikasi, diantaranya dipaparkan sebagai berikut :
Menurut Eric Deeson, Harper Collins Publishers, Dictionary of Information Technology, Glasgow,UK,1991  “Information Technology (IT) the handling of information by electric and electronic (and microelectronic) means.”Here handling includes transfer. Processing, storage and access, IT special concern being the use of hardware and software for these tasks for the benefit of individual people and society as a whole” Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa teknologi informasi adalah kebutuhan manusia didalam mengambil dan memindahkan , mengolah dan memproses informasi dalam konteks sosial yang menguntungkan diri sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Puskur Diknas Indonesia, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)    mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang  segala kegiatan  yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.

Jadi pengertian TIK adalah sebuah media atau alat bantu yang digunakan untuk transfer data baik itu untuk memperoleh suatu data / informasi maupun memberikan informasi kepada orang lain serta dapat digunakan untuk alat berkomunikasi baik satu arah ataupun dua arah.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Jika dilihat pada saat sekarang ini perkembangan teknologi informasi terutama di Indonesia semakin berkembang. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan kita untuk belajar dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Dalam dunia pendidikan perkembangan teknologi informasi mulai dirasa mempunyai dampak yang positif karena dengan berkembangnya teknologi informasi dunia pendidikan mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang sebelumnya. Saat sekarang ini jarak dan waktu bukanlah sebagai masalah yang berarti untuk mendapatkan ilmu, berbagai aplikasi tercipta untuk memfasilitasinya.

Di Indonesia yang notabenenya sebagai negara berkembang dimana ketersediaan infrastruktur komunikasi yang masih minim mengakibatkan kesempatan setiap orang untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan menjadi terbatas. Ketersediaan infrastruktur ini sangat terasa di daerah-daerah yang proses memperoleh informasinya masih terbatas. Hal ini dikarenakan di Indonesia penyebaran teknologi informasi dan komunikasi belum merata, sekarang ini hanya di kota-kota besar sajalah yang sudah dengan mudah menikmati dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia. Dengan demikian perkembangan pendidikan pun menjadi terhambat dan juga tidak merata.

Salah satu wadah yang dirasa paling berperan dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia saat ini adalah internet. Di Indonesia terutama yang berada di kota-kota besar sudah banyak masyarakat yang mempunyai akses internet, sehingga pemanfaatan internet sebagai salah satu media pembelajaran dan pencarian informasi dan pengetahuan dapat lebih maksimal walaupun akses internet di Indonesia belum sepenuhnya dapat dirasakan semua orang.

Informasi melalui media internet, bisa menjadi salah satu kunci untuk membuat dunia pendidikan di Indonesia mempunyai standar yang sama dengan negara lain. Dengan menggunakan media internet, pemerintah dan institusi pendidikan sudah mulai menerapkan pola belajar yang cukup efektif untuk diterapkan bagi masyarakat yang memiliki kendala dengan jarak dan waktu untuk mendapatkan informasi terutama informasi dalam dunia pendidikan. Salah satu metode yang mulai diterapkan yaitu pembelajaran distance learning. Metode distance learning merupakan suatu metode alternatif dalam pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan. Sistem ini diharapkan dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan tenaga pengajar yang berkualitas. Metode distance learning sangat membantu siswa atau masyarakat dalam mempelajari hal-hal atau ilmu-ilmu baru dengan tampilan yang lebih menarik dan mudah untuk dipahami. Dalam pengaksesan dan pemanfaatan metode ini, peran internet sangatlah diperlukan, karena melalui internet seseorang dapat mengirim file atau meng-upload file yang ingin dipublikasikan dan melalui internet juga seseorang dapat mengakses file yang ingin dicari. Selain metode distance learning, masih banyak metode-metode lain yang sangat membantu dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya dengan adanya modul-modul pembelajaran gratis yang tersedia, portal pembelajaran online,dan lain-lain.

Jika kita melihat ke negara lain, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia bisa dibilang cukup tertinggal. Peran pemerintah sangat diharapkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat menyamaratakan perkembangan teknologi informasi disemua daerah di negara ini. Pemerintah diharapkan dapat membantu daerah-daerah yang penyampaian proses informasinya masih minim dan tidak hanya fokus pada daerah atau kota-kota besar saja seperti yang terjadi pada saat sekarang ini, karena pada kenyataannya peran daerah dalam mendukung perkembangan teknologi informasi dan perkembangan pendidikan di Indonesia sangatlah penting.

Dengan belum meratanya penyebaran teknologi informasi akan berpengaruh terhadap proses perkembangan pendidikan. Hal ini dikarenakan peran teknologi informasi di dunia pendidikan sangatlah penting. Dengan adanya teknologi informasi segala macam ilmu pengetahuan dan informasi dapat diterima dan didapatkan dengan mudah dan cepat. Dalam kehidupan kita dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan komunikasi merupakan sektor yang paling dominan.

Terdapat 6 peranan TIK dalam bidang pendidikan, antara lain :
1. TIK sebagai skill dan kompetensi
  • Penggunaan TIK harus proporsional maksudnya  TIK bisa masuk ke semua lapisan masyarakat tapi sesuainya dengan porsinya masing-masing.
2. TIK sebagai infratruktur pembelajaran
  • Tersedianya bahan ajar dalam format digital
  • The network is the school
  • Belajar dimana saja dan kapan saja
3. TIK sebagai sumber bahan belajar
  • Ilmu berkembang dengan cepat
  • Guru-guru hebat tersebar di seluruh penjuru dunia
  • Buku dan bahan ajar diperbaharui secara kontinyu
  • Inovasi memerlukan kerjasama pemikiran
  • Tanpa teknologi, pembelajaran yang up-to-date membutuhkan waktu yang lama
4. TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran
  • Penyampaian pengetahuan mempertimbangkan konteks dunia nyata
  • Memberikan ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan ajar
  • Pelajar melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih luas dan mandiri
  • Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi mahasiswa dan guru
  • Rasio antara pengajar dan peserta didik sehingga menentukan proses pemberian fasilitas
5. TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran
  • Tiap individu memerlukan dukungan pembelajaran tanpa henti tiap harinya
  • Transaksi dan interaksi interaktif antar stakeholder memerlukan pengelolaan back office yang kuat
  • Kualitas layanan pada pengeekan administrasi ditingkatkan secara bertahap
  • Orang merupakan sumber daya yang bernilai
6. TIK sebagai sistem pendukung keputusan
  • Tiap individu memiliki karakter dan bakat masing-masing dalam pembelajaran
  • Guru meningkatkan kompetensinya pada berbagai bidang ilmu
  • Profil institusi  pendidikan diketahui oleh pemerintah.
Dampak Positif Teknologi Informasi dan Komunikasi di bidang pendidikan:
  1. Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan pendidikan.
  2. Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang semakin memudahkan proses pendidikan.
  3. Kemajuan TIK juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan.
  4. Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar karena penerapan sistem TIK.
Tidak diragukan lagi, transformasi informasi ini memiliki banyak manfaat positif, namun sayangnya juga membawa berbagai dampak negatif diantaranya:
  1. Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan.
  2. Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah system tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal.
  3. Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).
Menurut pendapat para pakar informasi, dampak negative dari berbagai fasilitas komunikasi, termasuk internet, sama sekali tidak dapat dipandang sebelah mata, karena dampak negatif tersebut sangat mempengaruhi aktivitas penggunanya. Berikut ini contoh kejahatan maupun tindakan amoral yang paling banyak ditemui sebagai dampak negatif TIK, diantaranya: Pornografi, Tayangan berupa kekejaman dan kesadisan, Penipuan, Carding, Perjudian dan Ketergantungan.

Dampak negatif TIK diatas dapat dicegah dengan cara-cara berikut:
  1. Menegakkan fungsi hukum yang berlaku, misalnya pembentukan chiber task yang bertugas untuk menentukan standar operasi pengendalian dalam penerapan teknologi informasi di instansi pemerintah. Hal ini meliputi keamanan teknologi, system rekap data, serta fungsi pusat penanganan bencana.
  2. Menghindari penggunaan telepon seluler berfitur canggih oleh anak-anak dibawah umur dan lebih mengawasi pemakaian ponsel.
  3. Televisi:
  • Mewaspadai muatan pornografi, kekerasan, dan tayangan mistis.
  • Memperhatikan batasan umur penonton pada film yang tengah ditayangkan.
  • Mengaktifkan penggunaan fasilitas Parental Lock pada TV kabel dan satelit.
  • Menghindari penempatan TV pribadi di dalam kamar.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit atau detik, terutama berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi yang ditunjang dengan teknologi elektronika. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan kita untuk belajar dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.

Dalam dunia pendidikan perkembangan teknologi informasi mulai dirasa mempunyai dampak yang positif karena dengan berkembangnya teknologi informasi dunia pendidikan mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Akan tetapi semua itu tidak terlepas dari sisi negatifnya. Menyikapi keadaan ini, maka peran pendidikan sangat penting untuk mengembangkan dampak positif dan memperbaiki dampak negatifnya. Pendidikan tidak antipati atau alergi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun sebaliknya menjadi subyek atau pelopor dalam pengembangannya.


Thursday, October 27, 2016

CARA SEDERHANA MEMBUAT TAPE SINGKONG


Pengenalan :
Tape singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yang difermentasi. Makanan ini populer di Jawa dan dikenal di seluruh tempat, mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Di Jawa Timur Tape sangat di kenal di daerah Kabupaten Bondowoso, oleh sebab itu Kabupaten Bondowoso dikenal dengan sebutan kota Tape, tape singkong di Bondowoso di kenal sebagai Tapai (bahasa Madura), Di Jawa Barat, tapai singkong dikenal sebagai peuyeum (bahasa Sunda).
Pembuatan tape melibatkan umbi singkong sebagai substrat dan ragi tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan pada umbi yang telah dikupas kulitnya. Ada dua teknik pembuatan yang menghasilkan tapai biasa, yang basah dan lunak, dan tapai kering, yang lebih legit dan dapat digantung tanpa mengalami kerusakan.

Alat :
  1. Baskom
  2. Kain Lap
  3. Kompor
  4. Panci Kukus
  5. Penyaring
  6. Piring
  7. Pisau
  8. Sendok & Garpu

Bahan :
  1. Air secukupnya
  2. Daun pisang
  3. Ragi yang telah dihaluskan
  4. Singkong 2 kg
Cara Kerja :

  1. Siapkan semua bahan.
  2. Kupas singkong dan kikis bagian kulit arinya hingga kesat.
  3. Potong singkong yang telah dikupas sesuai keinginan.
  4. Cuci hingga bersih singkong yang telah dipotong.
  5. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air ke dalam panci samapai kira – kira terisi seperempat lalu panaskan hingga mendidih.
  6. Setelah air mendidih masukkan singkong ke dalam panci kukus, lalu kukus hingga singkong ¾ matang, kira – kira ketika ‘daging’ singkong sudah bisa ditusuk dengan garpu.
  7. Setelah matang, angkat singkong yang telah ¾ masak lalu taruh di suatu wadah, kemudian didinginkan
  8. Sambil mengipas – ngipas, teman satu kelompok kami menyiapkan wadah sebagai tempat untuk mengubah singkong menjadi tape. Wadah itu terdiri dari baskom yang bawahnya dilapisi dengan daun pisang.
  9. Setelah singkong benar – benar dingin, masukkan singkong ke dalam wadah lalu taburi dengan ragi yang telah dihaluskan dengan menggunakan saringan
  10. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian ditutup kembali dengan daun pisang. Singkong ini harus benar – benar tertutup agar mendapatkan hasil yang maksimal.
  11. Setelah singkong ditutupi dengan daun pisang, diamkan selama 1-2 hari hingga sudah terasa lunak dan manis. Saat itulah singkong telah menjadi tape.

Selamat Mencoba

Wednesday, October 26, 2016

Teori Belajar Behavioristik

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.  Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan.  Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif  membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.  Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.  Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan landasan diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan kita bahas sebagai berikut:
  1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Behavioristik?
  2. Bagaimana definisi belajar menurut pandangan teori Behavioristik?
  3. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari teori Behavioristik?
  4. Bagaimana Aplikasi teori Behavioristik dalam pembelajaran?
Itulah ke-empat permasalahan yang akan kita bahas satu persatu dalam bab berikutnya.

C. Tujuan

  1. Mengerti dan memahami mengenai teori pembelajara Behavioristik
  2. Mampu mengkaji hakikat belajar menurut teori Behavioristik
  3. Mengetahui apasaja yang menjadi kelemahan serta kelebihan teori Behavioristik
  4. Memahami dan menjelaskan bagaimana penerapan teori Behavioristik dalam sistem pembelajaran 


PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Behavioristik
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Tokoh pelopor dari teori behavioristik adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie dan Skinner.

Koneksionisme (connectionism), merupaakan rumpun yang paling awal dari teori beavioristik. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan stimulus-respons. Siapa yang menguasai stimulus-respons sebanyak-banyaknya ialah orang yang pandai dan berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan stimulus-respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.

Tokoh yang terkenal mengembangkan teori ini adalah Thorndike (1874-1949), dengan eksperimentnya belajar pada binatang yang juga berlaku bagi manusia yang disebut Thorndike dengan trial and error. Thorndike menghasilkan belajar Connectionism karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi atara stimulus dan respons Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atua gerakan/tindakan. Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar, yaitu:
1.      Law of readines, belajar akan berhasil apabila peserta didik memiliki kesiapan untuk melakukan kegiatan tersebut karena individu yang siap untuk merespon serta merespon akan menghasilkan respon yang memuaskan
2.      Law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan serta selalu mengulang apa yang telah didapat.
3.      Law of effect, belajar akan menjadi bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Pengkondisian (conditioning), merupakan perkembangan lanjut dari koneksionisme. Teori ini didasari percobaan Ivan Pavlov (1849-1936) menggunakan obyek yaitu anjing. Secara singkat adalah sebagai berikut: Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga saluran kelenjar ludahnya tersembul melalui pipinya, dimasukan kedalam kamar gelap. Dikamar itu hanya ada sebuah lubang yang terletak di depan moncongnya, tempat menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada waktu diadakan percobaan. Pada moncongnya yang telah dibedah itu disambungkan sebuah pipa yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar. Dengan demikian dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing itu pada waktu diadakan percobaan, alat-alat yang digunakan dalam percobaan itu antara lain makanan, lampu senter, dan sebuah bunyi-bunyian.

Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapat kesimpulan bahwa gerakan-gerakan reflek itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan latihan, sehingga dari hasil ini ia membedakan 2 macam refleks, yaitu refleks bawaan dan refleks hasil belajar. Sebenarnya hasil-hasil percobaan Pavlov dalam hubungannya dengan belajar yang kita perlukan sekarang ini adalah tidak begitu penting. Mungkin beberapa hal yang ada sangkut pautnya dengan belajar yang perlu diperhatikan antara lain ialah bahwa dalam belajar perlu adanya latihan-latihan dan kebiasaan-kebiasaan yang telah melekat pada diri dapat mempengaruhi dan bahkan mengganggu proses belajar yang bersifat skill.

Penguatan (reinforcement), merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori pengkondisian. Jika pada teori pengkondisian  (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan (reinforcement) yang dikondisikan atau diperkuat adalah responsnya. Contohnya, soerang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka guru memberikan penghargaan pada anak itu misal dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini,  maka anak itu akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi untuk mengulang agar mendapat penghargaan lagi.

Operant conditioning, Tokoh utamanya adalah Skinner. Skinner memandang bahwa teori Pavlov tentang reflek berhasrat hanya tempat untuk menyatakan tingkah laku respon . tingkah laku respon yang terjadi dari suatu rangsangan.

Seperti Pavlov, Thorndike, dan Watson, Skinner juga menyakini adanya pola hubungan stimulus-respons. Tetapi berbeda dengan para pendahulunya, teori skinner lebih menekankan pada perubahan prilaku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berfikir pada otak seseorang.

Menurut Skinner, hubungan stimulus dan respons yang terjadi melalui interksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Sebab, pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada sesorang akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang diberikan.

Beberapa konsep yang berhubungan dengan operant conditioning:
  1. Penguatan positiv (positeve reinforcement), ialah penguatan yang menimbulkan kemungkinan untuk bertambah tingkah laku. Contoh seorang siswa yang mencapai prestasi tinggi diberikan hadiah maka dia akan mengulangi prestasi itu dengan harapan dapat hadiah lagi.  Penguatan bisa berupa benda, penguatan sosial (pujian, sanjungan) atau token (seperti nilai ujian).
  2. Penguatan negatif (negatif reinforcement), ialah penguatan yang menimbulkan perasaan menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan tidak menyenangkan atau tidak mengenakan perasaan sehingga dapat mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa akan meninggalkan kebiasaan terlambat mengumpulkan tugas/PR karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya.
  3. Hukuman (Punishment), respons yang diberi konsekuensi yang tidak menyenangkan atau menyakitkan akan membuat seseorang tertekan. Contoh seorang siswa yang tidak mengerjakan PR tidak dibolehkan bermain bersama teman-temannya saat jam istirahat sebagai bentuk hukuman.
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

B. Belajar Menurut Teori Behavioristik
Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Contoh, seorang anak mampu berhitung penjumlahan dan pengurangan, meskipun dia belajar dengan giat tetapi dia masih belum bisa mempraktekkan penjumlahannya, maka ia belum bisa dikatakan belajar karena ia belum menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar.

Dalam teori Behavioristik, yang terpenting itu adalah masukan atau input yang berupa stimulus serta output yang berupa respon. Apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidaklah penting karena tidak dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran sebab dengan pengukuran kita akan melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting bagi teori ini adalah penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat respon. Jika penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu juga penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon akan tetap dikuatkan. Misal jika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan, maka ia akan lebih giat belajarnya (positive reinforcement). Apabila tugas-tugas dikurangi justru akan meningkatkan aktifitas belajarnya (negative reinforcement). Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambah) atau dihilangkan (dikurang) untuk memungkinkan mendapat respon.

Pada dasarnya para penganut aliran behavioristik setuju dengan pengertian belajar diatas, namun ada beberapa perbedaan pendapat diantara mereka.

C. Kelebihan serta Kekurangan Teori Behavioristik
  1. Kelebihan Teori Behavioristik 
·          Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
·         Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
·         Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
·         Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal. 
·         Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
·         Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
·         Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan. 
·         Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
2. Kekurangan Teori Behavioristik 
·          Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
·         Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metose ini.
·         Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif. 
·         Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa. 
·         Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
·         Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
·         Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
·         Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru(teacher cenceredlearning) bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
·          Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

D. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.

Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.



PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan maslah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:
  1. Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
  2. Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme, pengkondisian, penguatan, dan Operant conditioning.
  3. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
  4. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
B. Saran 
Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.


REFERENSI

Budinungsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.